DIALEKTIS ANTARA BERLIMU DAN BERAKHLAK

Oleh: Hafiyullah*


Dimana kita tinggal,ilmu dan akhlak merupakan suatau prioritas utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa ilmu, kehidupan kita seolah tidak memiliki arah dan tujuan hidup yang tepat. Tanpa akhlak pula, jati diri serta kepribadian kita dianggap rendah.

Ilmu dan akhlak yang baik harus kita memiliki agar bisa menjadi seseorang yang berwawasan luas dan disegani. Namun di antara dua hal tersebut, tentu harus ada yang menggunakan maskipun keduanya sama-sama penting.


Jawabanya tentu adalah akhlak. Mengapa akhlak dikatakan harus lebih utama dibanding ilmu? padahal jika kita lihat secara gemblang, orang yang memiliki ilmu tinggi cendrung dipandang hebat oleh khalayak, bahkan tidak jarang bagi orang yang berilmu dihormati karena ia memiliki pengatahuan yang sangat luas.

Ya, itu karena akhlak merupakan sesuatu yang mahal dan menjadi prioritas utama untuk menjadi orang yang dihargai. Akhlak bernilai mahal karena tidak semua orang bisa memilki akhlak yang baik, baik tidak berilmu ataupun yang berilmu.


Seseorang bisa dikatakan memilki akhlak yang baik jika ia bisa menghargai sesama dan tidak pernah menyombongkan diri terlebih lagi dengan ilmu yang ia miliki. Lantas bagaimana dengan orang yang berilmu namun memilki prilaku yang kurang baik?, setinggi-tingginya ilmu, tentu akan percuma jika ahklak yang ia milki sangatlah rendah. Dengan adanya ilmu yang ia miliki, tak jarang membuat dirinya angkuh dan tidak ada rasa hormat kepada orang lain, maskipun mungkin ia tidak sadar akan hal itu.


Hal semacam ini harus menjadi perhatian semua orang. Para penuntut ilmu pada masa-masa terdahulu, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari akhlak terlebih dahulu dibanding ilmu, mereka sangat mengedepankan akhlak dari pada ilmu pengathuan.


Dalam pandangan agama, kita diwajibkan untuk berilmu dan berakhlak baik. Keduanya tentu saja harus menjadi suatu kesatuan yang kongkrit. Ilmu tanpa akhlak bagaikan tumbuhan tanpa akar yang tidak menopang, hasilnya tidak dapat mengalirkan udara sebagai kebutuhan utama. Jadi ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada akhlak, maka semuanya tidak akan layak dan sia-sia,
Ilmu yang tinggi tidak menjaminkan diri kita menjadi orang yang luar bisa, namun sebaliknya tidak jarang, meskipun kita hina dalam sudut pandang pengetahuan, tetapi sebab akhlak yang kita miliki, maka disitulah kita akan mendapat label sebagai suatu yang layak dan bermartabat dimata orang lain, sehingga disitulah kehidupan kita menjadi tentram dan nyaman.


perhatian, sebagai manusia kita harus memperhatikan dimana kita hidup dan dengan siapa pun kita berinteraksi. Sebab, sebagaimana sebagaimana pepatah mengingatkan, ‘dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung’. Hal tersebut tidak bersifat mutlak, namun penting untuk menjadi atensi tersendiri bagi kita yang orientasi hidupnya masih bersifat manusiawi.

*Penulis adalah mahasiswa BPI angkatan 2021


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *