Prototipe Da’i Peka Zaman

Rosululloh SAW merupakan seorang da’i strategis yang memiliki jejak langkah kharismatik dan elegan di setiap zaman. Beliau mampu menghadirkan corak dakwah yang terus menemukan relevansinya dengan model dakwah kekinian. Model dakwah beliau tidak pernah usang dan selalu menjadi rujukan sempurna bagi para pengikutnya sampai kapanpun.

Secara garis besar, dakwah Rosululloh terbagi dalam dua periode, periode Mekah dan periode Madinah. Namun demikian, kedua periode tersebut memiliki corak yang khas yang menggambarkan kepiawaian Rosululloh dalam merespon situasi pelik ditengah-tengah amburadulnya tatanan kehidupan bangsa Arab saat itu.

Rosululloh SAW mampu membuktikan sebagai sosok Ulul Azmi yang tidak hanya memiliki kesabaran tingkat tinggi. Beliau juga memiliki kecermatan yang sangat teruji dalam mengambil kebijakan tentang dakwah yang diembannya.

Rosululloh SAW bisa tampil sebagai pribadi yang sangat tenang ketika tekanan kafir Quraisy tak terbendung. Beliau mampu menjadi sosok teladan bagi sahabat-sahabatnya yang terkungkung dalam penindasan tak berkesudahan.

Akan tetapi, dibalik ketenangan beliau, tertanam keberanian untuk selalu memegang teguh tanggung jawab yang diamanatkan oleh Tuhan-Nya. Meskipun tidak tampak “sangar” bagaikan Sayyidina Umar bin Khattab, Sayyidina Hamzah Bin Abdul Muthalib dan Sayyidina Zubair bin Awam, Tapi beliau adalah sosok pemberani yang sebenarnya.

Beliau secara tegas berani memperjuangkan nasib kaum dhuafa yang diperlukan sewenang-wenang pembesar Quraisy. Beliau pula yang berdiri di garda terdepan menentang perdudakan yang telah mendarah daging dalam diri kafir Quraisy.

Bahkan, beliau bersama keluarganya, Sayyidah Khadijah rela hidup dalam keterbatasan demi berbagi “sesuap nasi” demi bertahan hidup ketika mendapat boikut besar-besaran dari kafir Quraisy. Padahal, bisa saja beliau hidup serba berkecukupan bersama keluarganya. Namun, label saudagar kaya yang disematkan pada istrinya, sama sekali tidak membatalkan niat suci beliau sebagai pembawa risalah.

Demikian pula, kamatangan belaiu selalu menjadi penuntun setiap kebijakan yang tercermin dalam setiap keputusan yang diambilnya. Tak heran, beliau mampu bertahan hingga 13 tahun lamanya dalam ketidak pastian saat periode dakwah di Mekkah.

Beliau selalu mampu menghadirkan solusi kreatif menghadapi keterbatasan gerak akibat tekanan bertubi-tubi dari kaum Quraisy. Andai, beliau menuruti gaya sahabat-sahabatnya untuk berdakwah dengan cara “menentang”, boleh jadi saat ini, Islam hanyalah sebuah Agama yang tinggal nama.

Beruntung, Rosululloh SAW melalui menampilkan kepiawaian seorang pemimpin sejati. Strategi yang dilakukan beliau sangat efektif meredam keberingasan para penentangnya. Disamping, “suara langit” yang senantiasa menuntun langkah beliau dalam setiap kebijakan dakwah yang dilakukannya.

Demikian juga, Rosululloh SAW mampu membuktikan sebagai sosok yang juga istimewa ketika mendapat kesempatan berdakwah dengan “dukungan penuh” sebagaimana terjadi dalam periode Madinah. Beliau tidak pernah sewenang-wenang mengambil keputusan tanpa persetujuan sahabat-sahabat yang tidak pernah lelah mendampinginya disaat-saat penuh pertaruhan selama periode Mekkah.

Rosululloh SAW selalu mampu menjadi rujukan bagi sahabat-sahabatnya. Beliau mampu menghadirkan contoh ideal ketika menggenggam kekuasaan. Kedudukan sebagai orang pertama dalam Agama dan Negara tidak merubah keteladanan dalam diri Baginda.

Alhasil, itulah Rosululloh SAW. Sosok panutan yang tidak pernah lekang dimakan zaman. Setiap langkahnya selalu menjadi rujukan bagi siapapun yang menghendaki kedekatan dengan pencipta-Nya. Beginda-lah prototipe da’i sejati hingga akhir zaman.

Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad…


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *