Mengejawantahkan Teori Behavioralisme dalam Bingkai Kehidupan

Oleh: Farid Wahyudi*

Bertingkah laku serta bermuamalah dengan sesama manusia perlu dengan kesadaran agar hubungan stimulus dan respon menjadi kuat. Itulah aturan main teori behavioralisme yang paling di utamakan dalam menjaga tingkah laku agar tidak menyalahi aturan yang berlaku. Misalnya sholat, jika semua prilaku atau hal-hal yang berkenaan dalam sholat itu benar maka otomatis orang tersebut bisa di katakan baik sholatnya.

Seperti syairnya Imam Asy-syahid Nasyiruddin, memelihara tingkah laku itu wajib. Seperti ahklak bermasyarakat dan ahklak berteman dan juga ahlak berbicara.

Ingatlah! Berhati-hatilah dalam memilih akhlak dalam berteman dan berbicara dan carilah teman yang tekun belajar, bersifat wara’, dan berwatak istikomah. Pasalnya, jiwa manusia itu adalah kekuatan ilahi yang bukan hanya jasmani, tetapi berhubungan erat dengan rahasia Ilahi yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja.

Maka wajib diketahui bahwa rohani selalu berkait dengan jasmani begitu juga sebaliknya. Berubah jasmani atau sakitnya rohani maka sakitlah puka jasmani. Hal itu dapat kita buktikan dengan nyata.

Kita dapat melihat orang yang sakit badanya apalagi akalnya. Sehingga otaknya diingkari, serta pikiran, khayalan, dan demikian juga nyawanya. Hendaklah bergaul dengan orang yang mempuyai keinginan yang sama bukan dengan mereka yang berbeda keyakinan.

Coba kita perhatikan seseorang yang pernah sakit jiwanya, baik karena sangat marah atau karena sangat sedih, atau karena jatuh cinta disertai rindu yang dipendam. Kadang mereka butuh bimbingan untuk mengembalikan jiwanya sebagaimana fitrah yang telah digariskan oleh Tuhannya.

Memperhatikan diri dan lingkungan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kehidupan yang seimbang antara tuntutan jasmani dan rohani dan panggilan ilahi.

*Penulis adalah Mahasiswa BPI IV


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *