Tasyabuh; Antara Fashion dan “Kehidupan Abu-abu”

Oleh: M. Shofi Ali*

Zaman semakin berkembang, teknologi hingga budaya juga mengalami kemajuan yang signifkan. Dahulu, nabi pernah mewanti umatnya agar tetap mengikuti garis yang telah ditetapkan, dan tak luput pula cara berpakaian.

Literatur fiqih melabeli perbuatan abnormal tersebut dengan istilah tasyabbuh. Yakni, kaum Adam yang bersikap menyerupai kaum hawa dalam model berpakaian atau sebaliknya.

Malah, di era milenial seperti saat ini hal tersebut justru menjadi gaya hidup yang fashionable yang cenderung menjadi panutan para kaula muda. Tidak sedikit dari mereka justru larut dan terbawa arus westernisasi hingga terperosok pada “rasa nyaman” terhadap perbuatan menyimpang tersebut.

Padahal, Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari meriwayatkan hadits Nabi yang menyatakan, “dilaknatnya seorang pria yang memakai pakaian yang dikhususkan pada wanita, begitu pula sebaliknya”.(HR Al-Bukhari 5435)

Dalam kitab qurratul-ain syekh Usman Ismail Zain Al yamani berfatwa, apabila ada seorang pria yang berpenampilan layaknya seorang wanita, dengan bertujuan agar terlihat seperti wanita di depan khalayak ramai, dan memang ada keinginan untuk menyerupai wanita ataupun sebaliknya, maka dihukumi haram karena masuk dalam kategori orang yang dilaknat. Sebagaimana tertuang dalam hadits yang telah disebutkan di atas.

Sayangnya, hukum syariah yang merupakan “tuntunan langit”, justru dinilai ketinggalan zaman ketika tidak mengamini bisikan hasrat sebagian kecil kaum “sebelah”. Fatwa ulama seakan kalah laris pada cuitan selebritis yang menyuarakan “hidup tak jelas” dan penuh ke-berpura-pura-an.

Padahal, secara fitrah manusia pasti lebih cenderung pada hal-hal yang bersumber dari Wahyu. Namun, keinginan untuk tampil mempesona “ala mereka”, kita jadi kehilangan jati diri sebagai manusia.

Lantas, bagaimana sebenarnya syariat menyikapinya? Bagaimana batasan dalam berpakaian yang benar?

Semoga ada seorang “alim yang memberikan pencerahan atas kegalauan penulis menyikapi kehidupan yang serba abu-abu ini.

Wallahu A’lam

*Penulis adalah mahasiswa Prodi BPI angkatan 2021


Posted

in

by