Oleh: Miftahul Arifin*
Kalender Masehi 4 Maret 1942 merupakan masa yang lekat dengan kisah memilukan, kesultanan Turki Usmani tidak lagi dipimpin oleh seorang kholifah. Pada hari sebelumnya tepat pada 3 Maret 1942 disitulah dilucuti semua kekuasaan khilafah Usmaniyah dari Sultan Turki terakhir. Maka pada tanggal 4 Maret 1942 itu menjadi suatu yang sangat bersejarah bagi umat Islam (bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya) tidak ada tempat mengadu bagi semua element, hukum negara dirubah tidak lagi mengatas namakan Alquran dan Hadits.
Mustafa Kemal Ataturk dialah yang merubah segalanya. Dia perlahan-lahan menggerogoti ajaran islam pada masa itu. Masjid yang megah dan besar di Istanbul dia rubah menjadi museum. Ya, itu adalah masjid yang dulunya banyak mengisap darah kaum muslimin ketika dibebaskan dari orang kafir. Dulu kota itu di sebut Konstantinopel yang didirikan oleh Konstantin dari Romawi yang merupakan seorang panglima besar pada masa itu.
Nabi bersabda “kalian akan menguasai konstantinopel“. Seribu tahun sebelum itu terjadi nabi sudah memberikan kabar gembira kepada umatnya. Namun orang kafir yang mendengar itu berkata “dia nabi sudah gila tidak waras kadab tukang sihir, dari mana orang Badui yang buta huruf tidak dapat membaca itu mengatakan hal demikian sambil tersenyum mengejek”
Bahkan, ada seorang yang sudah tua sedang memandikan anaknya di seberang sungai berkata “wahai anakku kelak ketika kau dewasa kau akan menjadi panglima perang dan kau akan menguasai konstantinopel” anak itu bernama Muhammad al-Fatih.
Mustofa dia mengkhianati semuanya. Dia merusak suatu yang dibangun pendahulunya. Negeri-negeri Islam hancur seperti yang disabdakan nabi ” hampir kalian akan sampai pada masanya kalian bagaikan makanan di atas meja yang di cabik- cabik,
Salah satu dari sahabat bertanya, apakah jumlah kami sedikit wahai Nabi Allah ? Nabi menjawabnya “kalian banyak tapi kalian bagaikan buih di tengah lautan” dipukul ombak, dihempas gelombang. Itulah sekelumit gambaran peristiwa yang terjadi pada tahu 1942.
Turki adalah sebutan yang dikenal, timbullah pertanyaan..apa hubungan Turki dengan bangsa ini ? Mereka yang membaca sejarah dengan baik pasti tahu Sultan Haming Sugiono, Sultan Jogjakarta yang menunjukkan prasasti bahwa Turki pernah menitipkan kekuasaan kepada Sultan Haming. Buktinya masih tergenggam erat sampai detik ini. Lantas, apa maknanya bahkan diantara wali songo itupun diantara mereka adalah utusan dari kesultanan Turki?, banyak pertanyaan yang keluar dari masing kepala .. bukankah orang- orang turki itu bermazhab Hanafi?, bukankah Wali Songo bermazhab Syafi’iyah ..?
Tapi, karena mereka mengerti dakwah walaupun bermazhab Hanafi dan saudaranya yang jauh di sana bermazhab Syafi’iyah, maka dikirimkalah mereka ulama dan da’i yang berma’had Syafi’iyah. Hal itu tiada lain demi keutuhan, keselamatan bangsa kita. Mereka dulu yang menerangi Nusantara ini, meskipun dimasa lalu nenek moyang kita menyembah batu, tapi dengan adanya beliau semuanya bersyahadathingga hari ini. Maka dari itu, runtuhnya Turki Utsmani merupakan bagian dari hilangnya jejak sejarah bangsa ini.
*Penulis adalah mahasiswa prodi BPI angkatan 2021