Hidup Adalah Pilihan

Oleh: Moh. Toyyib*

Kehidupan kita sudah banyak difasilitasi oleh ALLOH untuk menjadi insan yang patuh terhadap semua garis² besar aturan ALLOH, tentunya peluang ini harus dimenfaatkan betul oleh semua hambanya, bukan pasrah dengan keadaan yang tidak menentu arah.

Menjadi manusia adalah takdir ALLOH, tapi baik buruknya atau produktif dan destruktif adalah pilihan kita sendiri. Kita diberikan Akal untuk bisa memfilter apa yang positif dan negatif. Jadi, kalau sampai saat ini kita masih berada di fase itu-itu saja bisa dipastikan kita stagnan tidak ada pengembangan kualitas ibadah atau keilmuan.

Rosululloh benar-benar diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadist
اِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus (Alloh) untuk menyempurnakan Akhlak”.

Rosululloh cermin yang indah dan bersih membawa kita untuk meniru segala kehidupannya yang sukses dalam semua aspek.

Sebagai bukti bahwa Rosululloh berakhlak, Alloh tegaskan dalam Al Qur’an
وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguhnya engkau (hai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung.” (QS. al-Qalam:4).

Beliau mengajarkan dan mengingatkan manusia bahwa hanya ada dua jalan yang dapat ditempuh dalam hidup mereka, yaitu jalan keburukan dan kerusakan serta jalan kebaikan dan keselamatan. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih jalan manakah yang akan mereka lalui.

Setiap orang menentukan untuk menjadi orang yang sia-sia atau tetap dalam kejahilan dan merugikan orang lain. Ataukah menjadi pribadi yang berharga dan memberi menfaat kepda orang lain. Sesungguhnya Rosulullah saw diutus dengan tujuan agar kita dapat melalui jalan pencapaian yang tinggi dan berguna bagi masyarakat secara umum, yaitu jalan kebaikan dan perbaikan.

Manusia harus meniru sosok teladan Rosululloh dalam seluruh aspek kehidupannya, selalu muncul sebagai sosok yang produktif dan bermenfaat bagi orang lain. Tujuan dan cita-cita mulia itu disampaikan oleh Rosululloh saw, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan seluruh sikap dan perbuatannya.

Maka dari itu manusia tidak boleh banyak tingkah yang dapat menjatuhkan kualitas dirinya sebagai makhluk ciptaan ALLOH yang paling sempurna. Jangan sampai termasuk kategori manusia yang paling rendah, karena tingkah laku kita yang tidak sesuai khittah. Kita diberi tugas sebagai Khalifah di muka bumi tapi juga diberi daya untuk memilih.

Memilih adalah hak Prerogatif bagi siapa saja, karena sejatinya manusia adalah Mukhayyar yang bebas memilih apa saja yang disenangi, bisa memilih yang baik dan yang jelek. Manusia juga disediakan akal untuk bisa berkreasi sesuai kemauannya sendiri atau orang lain. Mengutip dari Al Qur’an dalam suroh Al Zalzalah ayat 7 yang berbunyi:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.

Semua apa yang kita kerjakan ada balasannya, kalau kita melakukan kebaikan tentu akan ada efeknya, tapi sebaliknya kalau kita melakuakan kejelekan juga akan ada dampaknya yang akan di rasakan. Silahkan kalian melakukan apa yang menjadi keinginan mata hati atau hawa nafsu kalian, tapi jangan lupa manusia juga majzi yang nantinya akan menerima efek dari apa yang dikerjakan.

Sebagaimana yang sering kita jumpai dalam Kitab tafsir Jalalain ketika menjelaskan tentang pekerjaan manusia di muka bumi kalimat
فيجازيكم بأعمالكم.
Alloh akan membalas atas apa yang dikerjakan kalian. Dalam pribahasa “apa yang kau tanam itulah yang kau tuai”.

*Penulis adalah alumni Prodi BPI angkatan 2017


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *