Oleh; Sofwatur Rohman*
Islam merupakan agama yang universal. Karakteristik ajarannya tidak hanya untuk lokal, tetapi bermuara global, lintas wilayah, bangsa, suku, dan ras. Sebagai agama samawi, perkembangannya mengalami pergerakan yang cukup pesat. Islam telah hadir di berbagai belahan bumi di seantero dunia. Berbagai jalur cara agama ini hadir di suatu kawasan. Sesuai dengan fitrah dan aktivitas manusia. Bisa melalui jalur ekonomi dan perdagangan, budaya, politik, dan sosial.
Setiap orang yang telah suka rela menyatakan diri bersyahadat disebut muslim. Sejak itu pula diberikan hak untuk menyampaikan ajaran yang diyakini itu kepada orang lain, keluarga, kawan, kerabat, dan handai tolan, walaupun yang disampaikan hanya satu patah kata yang berisi tentang kebaikan. Yang demikian itu diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Secara umum, setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa mengajak ke jalan kebaikan dan mencegah dari perilaku yang buruk. Amar ma’ruf nahi mungkar. ”Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS Al-Asr: 3).
Dengan semangat motivasi untuk berbuat dan mengajak kepada jalan Allah itulah, setiap muslim berusaha untuk mengamalkan ajaran tersebut di setiap tempat dan dalam kesempatan apa pun. Meski demikian, tidak semua orang memiliki keahlian dalam mensyiarkan dakwah Islam. Harus ada sebagian masyarakat yang spesifik mempelajari agama dengan mendalam dan mampu menyampaikan dengan baik. Untuk itu, perlu belajar dan kedalaman ilmu, baik secara materi keislaman dan strategi, metode, serta teknik cara penyampaian. Perintah itu ditegaskan
Untuk mengajak ke jalan kebaikan dan mengajak ke jalan Allah itu, Al-Qur’an juga memberikan pedoman. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara-cara yang bijaksana, hati yang bersih, serta memperhatikan situasi dan kondisi. Selain itu, didasari etika yang baik. Secara teknis, disebutkan bahwa ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka melalui cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS An-Nahl: 125).
Dari ayat tersebut, tampak bahwa penyampaian dakwah itu perlu menggunakan berbagai metode, teknik, dan media agar tujuan dakwah dapat sampai ke masyarakat. Semua metode dakwah yang digunakan diperlukan media agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat secara tepat. Media yang digunakan disesuaikan dengan sasaran dakwah dan perkembangan zaman. Para nabi utusan Allah dalam berdakwah juga menggunakan media, walaupun hanya berupa media yang melekat pada dirinya, seperti lisan dan bahasa isyarat.
Peradaban umat manusia makin berkembang, Selayaknya direspon dengan tersedianya media dakwah yang mampu menyesuaikan diri. Di era ini, para pelaku dakwah dan para pelaku dakwah mesti punya semangat yang tinggi, kreativitas yang lebih produktif, dan berperan lebih aktif dalam penguasaan platform digital. Hal itu dimaksudkan agar penyebaran nilai-nilai Islam lebih terasa dan menyentuh berbagai kalangan masyarakat.
Saat ini, penggunakan YouTube, Facebook, Blog, WhatsApp, TikTok, dan Twitter sebagai media dakwah untuk mencapai tujuan dakwah merupakan suatu keharusan. Pasalnya, era globalisasi menuntut optimalisasi sumber daya secara maksimal. Demikian pula, ragam konten yang tidak beraturan dalam berbagai platform digital harus diimbangi dengan sisipan positif yang bermuatan nilai-nilai ke-Islaman yang mu’tabar.
*Penulis adalah Mahasiswa Prodi BPI angkatan 2022
Leave a Reply