Komunikasi Santun Sebagai Wujud Kemitraan Dalam Dakwah

Oleh: Yusril Mahendra*

Berdakwah merupakan kegiatan yang sangat positif dan akan berdampak baik pada semua aspek kehidupan manusia dan alam semesta. Namun, terkadang juga berpotensi menimbulkan efek sebaliknya manakala tidak dilakukan secara baik dan dipersiapkan secara matang.

Persiapan dari berbagai segi harus diparhatikan oleh da’I untuk memperbesar peluang tercapainya tujuan dakwah sebagaimana direncanakan. Termasuk diantaranya, mempersiapkan pola penyampaian yang baik dengan pemilihan model komukasi yang sesuai dengan karekteristik mad’u.

Jika diteliti, al-Qur’an telah memberikan beberapa tips cara berkomunikasi atau berdakwah yang baik dan dapat menarik hati mad’u untuk tergugah mengikuti apa yang disampaikan oleh da’i. Hal ini penting diperhatikan karena mad’u merupakan mitra dakwah bagi da’i. demikian juga, mad’u bukanlah “benda mati” yang dapat diperlakukan sesuka hati. Melainkan, mad’u adalah sesama manusia yang memiliki keinginan untuk diperlakukan dengan cara yang sama dengan da’i.

Beberapa diantara tips pemilihan gaya komunikasi yang tersurat dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut:

*Qaulan Baligha

Dalam gramatika bahasa arab, kata baligha berarti fasih, lancar bicara, dan jelas. Atau dalam ilmu balaghahnya disebut kalam fasih yang terhindar dari tiga hal yaitu; Tanafurul kalimat, Dha’fut Ta’lif, dan Ta’qid.

Qaulan Baligha, sebagaimana pendapat Imam Ibnu Katsir, berarti perkataan yang membekas pada jiwa. Dengan artian, bagaimana pesan dakwah dapat disampaikan dengan kata yang jelas, lancar, dan padat tanpa berbelit-belit.

*Qaulan Layyina

Kata layyin menurut etimologi berarti lembut atau halus. Jika digabungkan, qaulan layyinan berarti perkataan yang lembut atau halus dalam penyampaian dakwah. Dengan artian, dalam komunikasi dakwah, da’i bisa meyampaikan dengan damai, enak didengar tanpa kata-kata kasar yang justru akan menyinggung atau menyakiti mad’u.

Hal ini dilakukan agar mad’u dapat menerima dan bisa membawa efek yang positif pada perkembangan dakwah tersebut.

*Qaulan Sadida

Sadid secara etimologi benar dan tepat. Qaulan sadidan berarti perkataan baik verbal atau non-verbal yang sesuai kenyataan tidak ada unsur kebohongan.

Dalam hal ini, da’i dalam menyeru pesan dakwah harus sesuai dengan pedoman islam yakni al-Quran dan Hadits. Pasalnya, da’i yang menyampaikan sesuatu menyalahi aturan yang terdapat didalamnya atau menyampaikan sesuatu yang tak nyata adanya. Otomatis, implikasinya berdampak pada dakwah yang diemban da’I tersebut. Akibatnya, mad’u tidak akan percaya lagi tentang apa yang disampaikan.

Dalam konteks komunikasi dakwah, qaulan sadida mengajarkan agar masyarakat berhati-hati dalam bertutur kata. Jujur dalam segala hal tentang fakta yang ada.

*Qaulan Maysuran

Kata maysuran berasal dari kata yasara yang berarti mudah atau gampang. Sedangkan kalimat qaulan maysuran berarti perkataan yang mudah atau gampang dimengerti. Artinya, bagi seorang da’i dalam pesan dakwah harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh mad’u. Sebab, jika mad’u paham atas materi yang disampaikan, mereka akan menyimak dengan seksama dan sikap penuh antusias.

Alhasil, pesan akan meresap pada jiwanya sehingga akan melahirkan sikap/feedback yang positif. Sebaliknya bila tidak paham atas pesan dakwah, mereka tidak akan fokus dan tak ada semangat sehingga tak ada feedback yang diperoleh.

*Penulis adalah mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah angkatan 2019


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *