Oleh: Yusril Mahendra*
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tak akan lepas dari yang namanya komunikasi. Juga dari sisi kodratnya manusia sebagai makhluk yang tak sempurna butuh akan relasi. Maka untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan tersebut, mereka harus membangun komunikasi yang baik antar sesama.
Begitu juga bagi seorang da’i dalam mengemban acara, sangat penting keterampilan dalam berkomunikasi demi tercapainya suatu tujuan.
Seorang da’i dalam dakwahnya mesti mempunyai tujuan mempengaruhi mad’unya untuk ikut serta dalam materi yang dibawa serta mengaplikasikannya. Nah untuk mempengaruhinya, seorang da’i tidak hanya butuh keilmuan. Meskipun keilmuan adalah faktor utama keberhasilan dalam dakwah.
Tapi tidak dapat dipungkiri, seni dalam berkomunikasi termasuk kunci suksesnya dakwah. Kata dan sikap lembut seorang da’i akan lebih meresap pada hati mad’u. Sehingga pesan dakwah menarik dan mudah diterima.
Tulisan ini bermaksud mengupas secara singkat tentang dakwah persuasif sebagai refleksi upaya da’i memberikan pelayanan maksimal untuk menarik simpati mad’u.
Dakwah merupakan kegiatan mengajak umat kepada jalan yang lebih baik yakni ila shirotim mustaqim (islam). Sedangkan persuasif dalam kbbi berarti membujuk secara halus. Jika keduanya digabungkan mempunya arti kegiatan mengajak umat kepada jalan yang lebih baik dengan cara halus, baik dari kata dan sikap.
Pasalnya, mengajak dengan halus akan mendapatkan umpan balik yang halus pula. Sebagaimana firman Allah SWT tepatnya pada surah Ar-rohman:
هل جزاء الاحسان الا الاحسان
Ilmu komunikasi menyebutkan ada empat elemen penting dalam proses komunikasi yakni komunikator (da’i), pesan, saluran, komunikan (mad’u). Sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan secara langsung atau memalui saluran yang ada.
Empat elemen yang dikenal dengan model SMCR ini, sangat penting dalam efisiensi komunikasi karena saling berhunbungan satu sama lain.
Selain empat elemen yang telah disebut diatas, ada tiga elemen lagi yang tak kalah penting dalam proses komunikasi.
Efek : hasil dari pihak komunikan
Feedback : tanggapan balik dari komunikan atas pesan yang diterima
Gangguan : faktor-faktor fisik atau psikis yang dapat mengganggu kelancaran dalam proses komunikasi
Sementara itu, dalam komunikasi dakwah, realitanya tiga elemen di atas yang menjadi tujuan utama seorang dai. Dengan artian, bagi seorang da’i, tugas yang paling mendesak adalah bagaimana seorang dai dapat mengubah mad’u dengan efek dan umpan balik yang lebih baik dari sebelumnya dan menemukan jalan keluar atas masalah yang dialami mad’u tersebut.
Nyatanya, mad‘u dapat berubah apabila pesan yang disampaikan dapat diterima. Untuk itu dai dapat memodifikasi pesan dakwah dari bahasa dengan menggunakan kata yang sopan, mulai tertata dan nyaman didengar.
Komunikator patutnya membekali dirinya dangan beberapa teori persuasi di bawah ini. Agar dakwahnya lebih produktif dan berjalan secara efektif dan efisien.
Metode Asosiasi yaitu penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkan pada suatu peristiwa yang aktual, menarik perhatian, trend, dan minat masa.
Metode integrasi yaitu kemampuan untuk dapat tanpa diri dan rasa dengan komunikan secara komunikatif sehingga tercipta rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
Metode pay-of dan fear-arousing yaitu kegiatan madu dengan cara memodifikasi hal-hal menjadi menyenangkan dan menggembirakan. Sebaliknya menggambarkan hal-hal yang menakutkan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Metode icing, yaitu memodifikasi materi menjadi sesuatu yang indah sehingga madu dapat tertarik dengan pesan dakwah yang disampaikan.
Konklusi pemaparan diatas dapat menegaskan bahwa seorang dai dalam meyampaikan pesan dakwahnya harus ada seni yang menjadi bingkai pesan dakwah tersebut. Salah satunya adalah dengan kata-kata yang halus, jelas, mudah dipaham, dan berdasarkan refrensi baik dari al-Quran, Hadist, dan dalil-dalil dari kitab lainnya.
*Penulis adalah mahasiswa Prodi MD angkatan 2019
Leave a Reply