Oleh: Bahrur Rosi

Islam merupakan agama yang merepresentasikan segala kesempurnaan dari berbagai aspek. Islam tak ubahnya oase ditengah gersang dan semrawutnya kehidupan manusia. Karenanya, Islam tidak perlu lagi menerima tanda tanya untuk menyoal setiap ajaran yang dibawanya.
Akan tetapi, terkadang keterbatasan manusia membuat mereka menjadikan agama sebagai suatu pembenaran terhadap segala kealpaan mereka memahami kompleksitas realitas kehidupan. Termasuk diantaranya toleransi, sering sekali dibenturkan dengan ajaran Islam oleh segelintir orang karena keterbatasan pengetahuan mereka.
Demikian pula, pemaknaan terhadap toleransi secara parsial dengan mengatasnamakan hak asasi manusia menjadi pangkal tercerabutnya esensi toleransi itu sendiri. Hal tersebut berakibat pada maraknya penyalahgunaan kata toleransi untuk mengakomodir keinginan pribadi yang cenderung menyalahi prinsip paten kehidupan beragama dan bernegara.
Seandainya, istilah toleransi ditempatkan sebagaimana mestinya, tentu akan membawa kemaslahatan pada setiap struktur kehidupan tanpa harus menghilangkan batasan yang telah digariskan. Namun kenyataannya, toleransi hanyalah alat pembenaran untuk mengklaim kepuasan pribadi.
Padahal, Islam telah memberikan peluang sebesar-besarnya kepada setiap manusia untuk ambil peran dalam menciptakan nuansa kehidupan yang penuh dengan keterbukaan dan penerimaan terhadap segala macam perbedaan.
Kebenaran tersebut bersifat qoth’i dan tidak dapat dibantah dengan dalil apapun, aqli maupun naqli. Perjalanan sejarah telah membuktikan, Islam adalah satu-satunya agama yang tidak membebani penganutnya dengan “kewajiban” diluar kemampuan manusia.
Alhasil, tudingan tak berdasar bahwa Islam anti terhadap toleransi hanyalah isapan jempol orang-orang yang masih terbuai dalam mimpi. Mereka hanya berlindung dari keterbatasan dirinya dengan mengambinghitamkan suatu yang sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Bahkan, ulah mereka sendiri yang berpotensi menggambarkan wajah Islam yang sama sekali berbeda dengan realitas ajaran yang sesungguhnya. Namun demikian, sampai kapanpun Islam tetap akan menjadi agama yang sempurna meskipun terus dibenturkan dengan beragam stereotip negatif karena egoisan pemeluknya.
Wallahualam bisshowab….