Oleh: Bahrur Rosi
Dakwah merupakan kegiatan baik yang tidak akan pernah tergusur kemajuan zaman. Ia akan selalu hadir dalam setiap bentuk dan konten sesuai kemampuan dan kebutuhan “para pelaku” dakwah dan mitranya di setiap zaman.
Dakwah minimalis adalah dakwah dengan konten, media dan pendekatan sederhana yang dimaksudkan hanya untuk menggugurkan kewajiban perintah berdakwah bagi setiap orang mukallaf.
Pasalnya, para ulama masih berselisih paham terkait dakwah sebagai kewajiban individu ataupun kolektif karena beberapa pertimbangan yang tidak bisa diabaikan terkait ragam kemampuan manusia dalam berdakwah.
Namun demikian, tulisan ini tidak bermaksud menyematkan “label negatif” terhadap orang-orang yang hanya mampu melaksanakan kewajiban berdakwah alakadarnya.
Bahkan, tulisan ini diharapkan mampu memberikan gambaran simple sebagai ke-khas-an tersendiri yang bisa menjadi alternatif bagi para pelaku dakwah dengan kemampuan pas-pasan.
Dakwah minimalis merupakan “pilihan lain” bagi da’i untuk menggugurkan kewajiban dengan melakukan dakwah sesuai kadar kemampuannya.
Tidak perlu konten, media, metode yang njelimet, cukup menyampaikan apa yang da’i tersebut kuasai. Dakwah model ini lebih ditekankan pada pendekatan bilhal dengan memanfaatkan keseharian da’i sebagai teladan bagi mitra dakwah.
Namun demikian, dakwah minimalis ini memiliki keistimewaan tersendiri karena konten yang didakwahkan bersentuhan langsung dengan keseharian masyarakat.
Bahkan, boleh jadi dakwah minimalis lebih diterima masyarakat karena unsur keikhlasan yang terdapat pada da’i tersebut, tanpa harus “memoles diri” sebagai seorang yang sempurna melalui retorika ataupun berakting di depan kamera.
Hanya saja, da’i dituntut menjadi pribadi “yang asli” dan mampu mencerminkan keteladanan dalam bentuk yang sederhana. Demikian pula, da’i harus memahami bahwa ” satu keteladanan yang baik lebih bermakna daripada seribu retorika”.
Dengan demikian, da’i lebih berfokus untuk mencerminkan kepribadian”orang sholeh yang sederhana” daripada ambil peran sebagai tokoh sempurna, tapi rekayasa.
Dakwah minimalis memberikan peluang kepada siapapun untuk ambil peran dalam berdakwah sesuai kadar kemampuan masing-masing. Mereka hanya butuh kemurniaan niat dan ketulusan hati dengan mencerminkan akhlakul karimah dalam perilaku mereka.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan, dakwah model ini bisa menjadi kampanye “membumikan risalah” secara gratis, tanpa harus mengeluarkan modal besar yang justru membebani kegiatan dakwah. Pasalnya, terkadang besaran biaya yang dibutuhkan menjadi penghalang pada sebagian orang untuk turut ambil bagian dalam dakwah.
Wallahu A’lam Bisshowab